Jumat, 24 Januari 2014
Liryc lagu Ya Abal Hasanain
Liryc lagu ya Abal Hasanain
*(يَا اَبَا
الْحَسَنَيْن)*
(Ya Abal Hasanain)
يَا اَبَا الْحَسَنَيْن
عَلَيْكَ السَّلَامْ
يَا رَفِيْقُ الرَّسُولْ وَصَحْبِ الْكِرَامْ
فَارِسُ
الْفُرْسَانْ حَضْرَةُ الْاِمَامْ
وَاَمِيْرُ الْبَيَانْ
حَضْرَةُ الْاِمَامْ
ذُرْوَةُ
الْاِيْمَانْ حَضْرَةُ الْاِمَامْ
وَرَفِيْقُ الرَّسُولْ وَالصَّحْبِ الْكِرَامْ
عَلِيُّ عَلَى
بِالْخُلُقِ الْعَظِيمْ
وَالْمَجْدَ اعْتَلَى وَالنَّصْرَ الْعَظِيمْ
وَهُوَ لِلْمَلَا
شِعَارٌ كَرِيمْ
وَرَفِيْقُ الرَّسُولْ
وَالصَّحْبِ الْكِرَامْ
Liryc Lagu Syi'ir Gusdur
LIRIC LAGU SYI'IR GUSDUR
*(Syi’ir
Gusdur)*
أَسْتَغْفِرُ
اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا
رَبِّ
زِدْنِي عِلْمًا نَافِعًا وَوَافِقْنِي عَمَلًا صَالِحَا
يَارَسُوْلَ
اللهْ سَلَامٌ عَلَيكْ يَارَفِيْعَ الشَّانِ وَالدَّرَجِ
عَطْفَةً
يَاجِيْرَةَ الْعَالَمِ يَاأُهَيْلَ الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ
Akeh kang apal….Qur’an Haditse
Seneng ngafirke….marang liyane
Kafire dewe….gak di gate…ke..
Yen
e…..seh kotor….ati akale…(2X)
Gampang
kabujuk….Nafsu angkoro
Engpepaise….gebyare….dunyo…
Iri
lan meri….sugihe….tonggo….
Mulo
atine….peteng….lan nisto..(2X)
Kang aran Sholeh….bagus atine….
Kerono mapan….sari..ngilmune….
Laku thoreqot….lan ma’ari..fa..te..
Ugo….haqeqot….manjing…rasane..(2X)
Alqur’an qodim….wahyu minulyo…
Tanpo tii nulis…iso..di..wo..co..
Iku wejangan…guru was…ki..to..
Den..tan…cepake..ing nje..ro..dodo..(2X)
Kelawan Allah….kang moho suci..
Kudu rangkulan…rino..lan wengi…
Di tarikati…di riya…dlo..hi…
Dzikir …lan suluk..jo ngan..ti lali..(2X)
Kelawan konco….dulur lan tonggo…
Kang podo rukun….ojo..gae..si..o
Iku sunahe…rosul kang..mul..yo…
Nabi…Muhammad..panu..tan kito..(2X)
Kamis, 23 Januari 2014
Sejarah singkat musik religi (hadrah,marawis,dan gambus)
Sejarah singkat musik religi (hadrah,marawis,dan gambus)
Hadroh
Jenis
atraksi kesenian ini telah berkembang pesat sejak abad ke – 16 pada
masa keemasan kesultanan Bima. Hadrah Rebana merupakan jenis atraksi
yang telah mendapat pengaruh ajaran islam.
Syair lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu dalam bahasa Arab dan biasanya mengandung pesan – pesan rohani. Dengan berbekal 3 buah Rebana dan 6 sampai 12 penari, mereka mendendangkan lagu-lagu seperti Marhaban dan lain-lain. Hadrah Rebana biasa digelar pada acara WA’A CO’I (Antar Mahar), Sunatan maupun Khataman Alqur’an. Hingga saat ini Hadrah Rebana telah berkembang pesat sampai ke seluruh pelosok. Hal yang menggembirakan adalah Hadrah Rebana ini terus berkembang dan dikreasi oleh seniman di Bima. Dan banyak sekali karya-karya gerakan dan lagu-lagu yang mengiringi permainan Hadrah Rebana ini .
Hajir Marawis
Salah satu jenis musik berlatar Islam-Arab yang hingga kini masih popular adalah Marawis. Jenis musik ini dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dan ulama yang berasal dari Yaman beberapa abad yang lalu. Disebut Marawis karena musik dan tarian ini menggunakan alat musik khas mirip kendang yang disebut Marawis. Alat musik tetabuhan lainnya yang digunakan adalah hajir atau gendang besar, dumbuk (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang), tamborin, dan ditambah lagi dua potong kayu bulat berdiameter sekira 10 cm.
Dalam seni marawis terdapat tiga nada yang berbeda, yakni zafin, sarah, dan zaife. Zafin merupakan nada yang sering digunakan untuk lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad saw. Tempo nada yang satu ini lebih lambat dan tidak terlalu mengentak.
Kini, zafin tak hanya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian, tapi juga digunakan untuk mendendangkan lagu-lagu Melayu. Sedangkan, nada sarah dan zaife digunakan untuk irama yang mengentak dan membangkitkan semangat.
dan sedikit tambahan mengenai irama Gambus
Gambus
Gambus
merupakan salah satu musik yang telah berusia ratusan tahun dan sampai
kini masih tetap populer. Gambus berkembang sejak abad ke-19, bersama
dengan kedatangan para imigran Arab dari Hadramaut (Republik Yaman) ke
nusantara. Kalau para wali songo menggunakan gamelan sebagai sarana
dakwah, para imigran Hadramaut yang datang belakangan menjadikan gambus
sebagai sarananya.
Dengan menggunakan syair-syair kasidah, gambus mengajak masyarakat mendekatkan diri pada Allah dan mengikuti teladan Rasul-Nya. Pada mulanya, para imigran Arab membawa sendiri peralatan petik gambus dari negeri asalnya. Tetapi kini sudah diproduksi sendiri, yang tidak kalah mutunya. Musik petik gambus ini di Timur Tengah dinamai oud. Jadi istilah gambus hanya dikenal di Indonesia. Entah siapa yang memulai menamakannya.
Sementara kasidahan mengumandangkan salawat kepada Nabi, gambus berkembang jadi sarana hiburan. Tidak heran pada 1940-an sampai 1960-an (sebelum muncul dangdut), gambus merupakan sajian yang hampir tidak pernah ketinggalan dalam pesta-pesta perkawinan dan khitanan. Gambus sebenarnya cikal bakal dari musik dangdut yang sekarang telah menjadi konsumsi pencinta musik, tidak hanya di level menengah dan bawah saja, tapi sudah merasuki kalangan di level atas.
Salah satu musisi gambus yang paling kesohor adalah Syech Albar, kelahiran Surabaya 1908, yang juga ayah penyanyi rock Achmad Albar. Pada tahun 1935 rayuannya telah direkam dalam piringan hitam “His Masters Voice”. Suara dan petikan gambusnya bukan saja digemari di Indonesia, tapi juga di Timur Tengah.
Langganan:
Postingan (Atom)